In Love by Amy Bloom.

Bagaimana rasanya ketika kita tahu bahwa pasangan atau orang terdekat kita terdiagnosa terkena Alzheimer? Dan bagaimana rasanya ketika orang yang kita kasihi tersebut memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sesegera mungkin? 

Amy Bloom di buku In Love menuliskan kisahnya bersama sang suami, Brian, yang terdiagnosa Alzheimer dan ingin mengakhiri hidupnya. Brian sesungguhnya tidak ingin untuk mengakhiri hidupnya, tapi dia lebih memilih untuk meninggal dalam kondisi dimana dia masih "dirinya sendiri" dibandingkan ketika nanti pada kondisi dimana dia udah nggak ingat apa-apa lagi. Amy dengan segala kepedihan atas keputusan Brian, akhirnya bersama mencari cara agar Brian bisa mengakhiri hidupnya di dalam damai dan dalam "dignity" (martabat/harga diri) yang kemudian mengarahkan mereka kepada organisasi yang membantu orang-orang untuk mengakhiri hidupnya secara legal. Organisasi ini dikenal dengan nama Dignitas yang berada di Zurich, Swiss. 

Proses pengajuan aplikasi yang tidak mudah, seringkali membuat Amy mencari alternatif lain untuk membantu mengakhiri hidup suaminya (yang akhirnya nggak pernah dicoba sama sekali karena berbagai alasan). Sampai akhirnya beberapa bulan kemudian mereka mendapatkan lampu hijau dan akhirnya mereka pergi ke Zurich untuk melakukan apa yang diinginkan oleh Brian 😭. 

Buku ini selain menceritakan tentang proses menuju kematian Brian, juga menceritakan masa-masa lalu mereka dan kepribadian Brian. Brian yang suka olahraga, ramah kepada orang dan bagaimana Brian dan Amy bertemu sampai masa-masa ketika Brian mulai kehilangan ingatannya.

Kesan pertamaku setelah membaca beberapa halaman awal buku ini adalah.. banjir air mata 😭. Membayangkan berada di posisi Amy, rasa-rasanya aku nggak akan sekuat Amy 😭. Menuju pertengahan buku, ceritanya nggak sesedih awal pembuka, namun ada rasa penasaran yang membuatku terus bertahan membaca buku In Love. Semakin mendekati hari kematian, apalagi sewaktu hari-H, benar-benar nggak bisa berhenti nangis 😭. 

Buku ini ditulis dengan sangat mengalir dan dalam bab-bab pendek. Alurnya cepat sehingga bisa diselesaikan dalam waktu singkat (tapi after effectnya sungguh tidak singkat 😂).

Aku tahu nggak banyak orang yang akan sanggup untuk membaca buku ini, oleh karena itu aku nggak berani merekomendasikan ke banyak orang, tapi aku ingin bilang bahwa ini salah satu memoir terbaik yang aku pernah baca 😭👏.

Dari buku ini, we will learn about bagaimana "mencintai sampai akhir" dan bagaimana perjuangan cinta itu benar-benar bukan hanya di saat senang, tapi juga di saat susah. Kita juga bisa melihat bagaimana support dari orang-orang di sekeliling sangat membantu Amy dalam melalui hari-harinya karena dia sendiri mengalami posisi dilematis dimana dia tidak mau kehilangan Brian, tapi juga harus mendukung keputusannya demi kebaikan bersama. What a heartbreaking story! 💔

Kalau kalian suka buku memoir yang heartbreaking dan bikin nangis-nangis, try to read this book. Kalau nggak kuat dengan buku yang sedih-sedih dan mudah kena trigger karena pembahasannya (suicide), you can skip this one and it's okay!

At the end, In Love adalah salah satu memoir tentang cinta dalam segala kondisi yang membuka mata dan empati pembaca. 

I don't want to end my life, he said, but I'd rather end it while I am still myself, rather than become less and less of a person.

May Brian rest in peace.