My March.

Hellaw, gaes! Kangen nggak sama aku? Kangenin aku dong 🤪. Aku kangen sama teman-teman, juga kangen menulis di blog ini 😥. Sebenarnya draft tulisan ini udah ada dari kemarin-marin, tapi seolah banyak yang ingin ditulis, aku jadi bingung sendiri mau mulai cerita dari yang mana dulu dan akhirnya draftnya teronggok di bawah shower 🤣. Jadi, harap maklum kalau tulisan kali ini bakal panjang banget kayak ramen yang nggak putus-putus 😝, duh jadi pengin ramen 🤤 *random banget ya, Li!!*

✨🧚🏻‍♀️🤸🏻‍♀️

Kemarin-marin, aku sempat mencoba beberapa menu minuman baru nih 🙈.

Iced Biscotti Latte

Royal Salted Caramel Coffee Frappucino

Ceritanya, kemarin itu sebenarnya hanya ingin tukar reward di Starbucks, berhubung aku nggak enak hati kalau datang hanya untuk ambil gratisan, jadi aku tengok ke Grabfood, berharap siapa tahu ada yang lagi diskon dan bisa dibeli dengan metode Self Pick-up gitu 🤣 *Lia pecinta diskon di Starbucks* *soalnya kalau beli harga normal, bikin hati pedih*

Nah, pas banget waktu itu lagi ada promo bundling untuk 2 minuman di atas, jadi hanya Rp 50,000,- aja untuk 2 minuman. Udah tahu dong kelanjutannya apa? 🙈. Yep! Akhirnya, aku pesan kedua minuman ini dan nggak lupa untuk sekalian tukar reward yang aku dapat 🤭. Anggota tim pecinta gratisan, tolong angkat tangan! 🙋🏻‍♀️

Sebenarnya, aku nggak yakin mau beli menu bundling ini, tapi berhubung ini yang paling murah dan ada menu yang kelihatannya non-kopi, jadilah aku pesan yang ini 🤣. Well, ternyata aku salah, gaes! 🤦🏻‍♀️

Kedua minuman ini mengandung kopi, bahkan untuk minuman Iced Biscotti Latte yang aku pikir bakal non-kopi dan bakalan aku suka, ternyata rasanya kopi banget 🤣 dan untuk Royal Salted Caramel Coffee Frappucino yang awalnya aku kira bakalan kopi banget, ternyata rasa kopinya lebih ringan dan cenderung manis. Memang kita tidak boleh menghakimi dari penampilannya, ya 🤣. Untungnya, si Prikitiew suka minum kopi, jadi Iced Biscotti Latte berakhir di perutnya dan Royal Salted Caramel Coffee Frappucino untukku 🙈.

Anehnya, pas aku minum kedua minuman ini, kepalaku nggak sakit seperti biasa kalau aku minum kopi. Apakah ini artinya tubuh Lia udah beradaptasi dengan kopi? 😆 Tapi, tapi, tetap aja masih kurang suka minum kopi soalnya pahitnya nggak kuat, gaes 😂. 

Tapinya lagi, kalau aku disuruh minum Royal Salted Caramel Coffee Frappucino lagi, aku mau kok karena rasanya enak ✌🏻. Senang rasanya karena aku ketemu menu minuman baru di Starbucks selain Green Tea Cream yang biasa aku pesan karena nggak tahu menu apalagi yang enak 🤣.

✨🧚🏻‍♀️

Minuman lainnya yang aku coba adalah dari semesta per-boba-an 🤣. Baru-baru ini, ada brand minuman boba yang baru buka di Grand Indonesia dan lagi hitz banget gitu karena packagingnya yang lucu dan katanya enak.

Pas banget aku dan teman-teman lagi main ke Grand Indonesia, salah satu temanku mention soal minuman ini dan dia bilang kepo sama rasanya, jadilah kami melipir sebentar ke stand boba ini. And, here is the drink!

Beneran lucu nggak packagingnya? 🤭

Nama brand minumannya adalah Chi Cha San Chen yang katanya udah berdiri sejak 20 tahun lalu di Taiwan. Pilihan menu minumannya nggak terlalu banyak, hanya 9 jenis minuman aja. Dan kali itu, kami pesan yang paling standar yaitu Boba Milk Tea karena ingin cobain rasa teh-nya yang bikin terkenal 🤭.

How's the taste? Chi Cha San Chen ini rasa tehnya strong banget. Nggak terlalu manis dan after tastenya ada pahit-pahitnya kayak minum Chinesse Tea gitu. Untuk teman-teman yang suka rasa teh yang strong, pasti akan suka dengan minuman ini.

But overall, for me, untuk harga Rp 50,000,-++/gelas itu overpriced sih soalnya rasa Boba Milk Tea ini bukan yang "wah banget" 😂. Well, adakah teman-teman yang pernah cobain brand boba yang satu ini?

✨🤸🏻‍♀️

Beberapa hari lalu, bisa dibilang hari pertama setelah sekian belas tahun aku nggak main Lego 😂. Aku dapat hadiah 1 set Sembo Block dari Kak Eno yang hasil akhirnya berupa 4 rumah makan bernuansa pecinaan yang bisa digabung jadi 1 set. Gemesss bangettt deh lihatnya 🙈, rasanya pengin masuk ke dalam rumah-rumahannya buat main, tapi sayangnya badanku kegedean —karena waktu kecil minum Scotch Emulsion 🤪—untuk bisa masuk ke dalamnya, jadi semua hanya angan belaka 🤣.

Salah satu adikku yang memang dari kecil udah suka main Lego, langsung sueneng banget pas lihat Sembo Block ini dan matanya langsung berbinar-binar ala karakter manga gitu—kayak gini 🥺, tangannyapun langsung gatel untuk utak-atik Sembo Block saat itu juga, padahal saat itu, udah tengah malam, dan berujung dengan dia ngerjain 1 buah rumah makannya sambil bilang "cowok umur berapa aja, kalau dikasih mainan pasti tetap senang 😳". Iya sih benar, soalnya Si Prikitiew yang udah tuwir aja masih senang main mainan 😂.

Seumur-umur, aku sendiri paling nggak tahan kalau disuruh main Lego 😂 soalnya aku nggak bisa bikin apa-apa selain bikin gedung berbentuk kotak dan kalau main Lego yang harus bentuk-bentuk mobil/cafe/orang gitu, perintilannya kan buanyak dan langkah-langkahnya juga, jadi udah stress duluan pas melihat itu semua 😂.

Sampai akhirnya kemarin, pas lihat Sembo Block ini, aku penasaran gimana sih sensasi main Lego pas udah gede gini, ternyata impresi pertamaku masih sama, stress lihat perintilan dan langkahnya yang banyak 🤣. Mana aku mainnya juga brutal, semua perintilan langsung dikeluarkan dari plastik, jadi makin kelihatan buanyak aja itu perintilan yang berserakkan di meja sampai dimarahin adikku, katanya "kok mainnya dikeluarin semua kayak gitu?! Nanti hilang-hilangan lho!" dan tentu saja dijawab ngenyek sama si Lia "nggak lah, nggak apa, biar carinya gampang kalau kayak gini". Untung aja nggak ada yang hilang beneran, jadi aku aman deh 😜.

Karena aku udah niat dan penasaran gimana rasanya bikin Sembo Block ini, jadi biarpun awalnya aku stress, aku tetap mencoba membuat salah satu rumah makan dari set Sembo Block yang dikasih Kak Eno dan yessss! Aku berhasil bikin sendiri tanpa bantuan dong!! 🥳. Senang banget rasanyaaa 😭 dan ternyata nagih jugaaa! Wkwk. Pengin coba bikin yang lain, tapi sisa Sembo Blocknya udah diambil sama adikku dan Prikitiew 🤣. Iya kami mainnya kayak rebutan gitu soalnya semua pengin bikin-bikin sendiri 🤣.

Lewat main Lego ini, aku jadi teringat kata-kata orangtua yang bilang bahwa asal ada niat dan kemauan pasti ada jalan. Dan, yep, benar banget! Karena aku niat dan ada kemauan untuk mencoba, akhirnya aku bisa mengatasi rasa stress yang menjadi beban di awal, dan malah jadi ketagihan main saat udah selesai 😂.

Kalau teman-teman saat ini sedang ragu-ragu ingin mencoba hal baru, percayalah ketika ada niat dan kemauan maka di situ akan ada jalan terbuka untuk kalian dan siapa tahu, hasil akhirnya ternyata malah membuat kalian senang dan nagih 🤪, semangat! 💪🏻

Ada yang bisa tebak yang mana yang hasil tanganku? 😝

🧚🏻‍♀️✨

Oiya, selain minuman dan Lego, aku juga sempat mencoba makanan baru yang seumur-umur keberadaannya belum pernah masuk dalam radarku 🤖.

Dikira ayam suwir 🤣

Pertama kali dengar nama Suwar-Suwir, aku pikir ini sejenis ayam suwir yang kayak di bubur ayam atau nasi kuning gitu dong 🤣 ternyata aku salah pake banget 🤣. Suwar-suwir yang ini, dibuat dari tape singkong dan ada rasa-rasanya dari mulai Stroberi, Coklat, dll, jadi bukan dari ayam ya, gaes 🤣.

Aku baru pertama kali cobain salah satu makanan khas kota Jember ini dan rasanya unik banget bagiku 🤣. Teksturnya agak kenyal, tapi nggak selengket dodol. Wangi dan rasa tapenya juga kencang banget. Nah, aku sendiri lebih suka yang warnanya pink, yang aku asumsikan sebagai rasa Stroberi 😆. Teman-teman ada yang udah pernah coba Suwar-suwir?

Btw, Suwar-suwir ini pemberian dari Kak Ainun bersama dengan sebuah buku berjudul Moudy yang semoga bisa segera aku baca 🙈. Kak Inun, thank you so much untuk hadiahnya 🥰

🤸🏻‍♀️✨

Bulan Februari dan Maret ini, ceritanya Lia lagi kena reading slump 😂. Syukurnya, minggu-minggu ini minat baca mulai meningkat kembali. Fiuh~ takut kalau kena reading slump kelamaan, bisa bahaya nantinya 😂 (re: timbunan buku jadi nggak kebaca).

Walaupun susah banget ngumpulin mood untuk membaca, namun aku berhasil menyelesaikan 1 buah buku yang judulnya Kim Ji Yeong. Yeyy! Lia akhirnya baca Kim Ji Yeong, gaes 🙈.

Nggak heran kalau banyak teman-teman yang suka dengan buku ini. Cerita dalam buku ini memang bagussssss. Ceritanya tentang beratnya beban seorang perempuan dalam kehidupan sosial di Korea, yang menurutku nggak hanya terjadi di Korea tapi juga di Indonesia.

Meskipun penuh dengan kritik sosial, tapi ceritanya ringan dan terjemahannya juga bagus, sehingga aku larut dalam buku ini dan nggak terasa tiba-tiba udah habis aja ceritanya 😂. Jadi, Kim Ji Yeong sakit apa? 

Isi buku ini memang lebih didominasi dengan cerita ketidakadilan yang diterima oleh perempuan. Namun, di satu sisi, aku juga melihat betapa besarnya tanggung jawab menjadi seorang laki-laki. Seandainya memang bisa terjadi kesetaraan gender itu, aku rasa baik perempuan maupun laki-laki akan sama-sama diuntungkan. Perempuan bisa melakukan banyak kegiatan tanpa dibatasi dengan gender, dan laki-laki juga tidak terlalu dipenuhi dengan tuntutan atau tanggung jawab menjadi seorang laki-laki. 

Overall, aku beri rating 5/5 🌟 untuk buku Kim Ji Yeong ini. Nggak nyesel banget memutuskan untuk baca buku ini meskipun udah kena spoiler sana-sini 🤣.

✨🤸🏻‍♀️🧚🏻‍♀️

Terakhir, aku ingin berterima kasih untuk teman-teman yang telah ikutan Postcrossing Project hasil kolaborasiku dengan Kak Rivai 😁. Semoga semua postcardnya bisa sampai di tujuan dengan selamat dan untuk teman-teman yang belum ikutan, semoga nanti ada seri ke-2nya, ya 😆.

Aku iri banget mendengar cerita beberapa teman yang udah terima postcardnya 😭. Gimana iniii, masa dari Jakarta ke Bekasi aja, nggak sampai-sampai postcardnya 😭, mungkin pak posnya nyasar ke Galaxy lain kali, ya 🤣. Semoga ada postcard untukku yang akhirnya bisa sampai deh 🤞🏻.

Tuh kan beneran panjang banget tulisannya 🤣. Terima kasih untuk teman-teman yang udah membaca sejauh ini 💕

Gimana dengan bulan Maret man-teman?

Ada cobain sesuatu yang baru nggak?

Let me know!